Saya menulis pengalaman ini dalam Bahasa Indonesia. Saat melakukan pencarian Google untuk riset, saya belum menemukan satu pun tulisan tentang pengalaman Glastonbury Festival dalam Bahasa Indonesia yang ditulis oleh orang Indonesia. Mengingat Glastonbury adalah salah satu festival terbesar di dunia dengan semangat komunitas dan inklusivisme, kami berharap dapat menambah nilai multikulturalitas dan transnasionalisme festival tersebut dengan memberikan perspektif [dua] orang Indonesia.
Miskonsepsi Glastonbury
Saat kami membeli tiket, kami mempunyai satu miskonsepsi terhadap Glastonbury: bahwa acara tersebut adalah festival musik. Miskonsepsi tersebut tentu berpengaruh terhadap ekspektasi kami. Kami berpikir bahwa Glastonbury adalah konser musik massal di mana band-band kelas dunia tampil dan berbagi panggung. Kami berharap Coldplay akan tampil kembali pada 2015 dan amat sangat kecewa saat line-up diumumkan (terlebih melihat Kanye West dalam daftar utama (headline)).
Kami sempat kehilangan gairah untuk datang, mengingat menghadiri Glastonbury memerlukan persiapan yang tidak sedikit dan mengharuskan kami meninggalkan kenyamanan toilet bersih selama 5 hari.
Namun, setelah melakukan riset lebih lanjut, kami menyadari bahwa Glastonbury bukan sekedar festival musik. Glastonbury adalah festival seni panggung kontemporer (Festival of Contemporary Performing Arts). Aktivitas yang dihidangkan tidak terbatas pada menonton konser musik, melainkan juga tarian, komedi, burlesque, sirkus dan lain-lain. Pengunjung bisa menikmati Festival tanpa menonton panggung utama.

Glastonbury Festival 2015.
Mendapatkan tiket
Penjualan tiket untuk Glastonbury Festival 2015 dimulai pada 5 Oktober 2014 pukul 0900 waktu setempat (GMT 0). Seluruh tiket dijual secara online. Untuk dapat membeli tiket, kami harus mendaftarkan diri dengan mengisi informasi pribadi dan mengirimkan pas foto sebelum tenggat waktu registrasi terlampaui.
Pada saat penjualan, kami berusaha masuk dengan menggunakan 3 komputer. Beruntung teman kami berhasil masuk setelah beberapa kali me-refresh/reload situs penjualan. Seluruh tiket terjual dalam waktu 27 menit saja.
Harga tiket £220, plus biaya admin £5. Pembayaran dilakukan secara bertahap: deposit £50 pada 5 Oktober 2014 dan pelunasan sisanya pada April 2015. Apabila membatalkan pembelian, maka deposit akan dikembalikan sebagian (£35) setelah dipotong biaya admin £15.
Setiap tiket akan dicetak dengan pas foto pembeli untuk menghindari percatutan. Oleh karena itu, jangan membeli tiket dan berpikir dapat menjualnya kembali. Bagi yang gagal mendapatkan tiket pada penjualan gelombang pertama, terdapat dua jalan untuk tetap dapat menghadiri Festival: (i) membeli tiket pada penjualan gelombang kedua pada April 2015 atau (ii) melamar menjadi sukarelawan.
Persiapan
Setelah memperoleh tiket, tentu kami memasuki tahap persiapan.Langkah pertama persiapan tentunya membaca informasi yang terdapat di situs resmi. Selanjutnya, kami mencari informasi tambahan melalui pencarian Google. Menurut kami terdapat dua situs yang sangat berguna: Vicky Flip Flop Travel dan Glastoearth. Berdasarkan informasi yang sudah terkumpul, persiapan selanjutnya hanya tinggal menentukan moda transportasi yang digunakan untuk mencapai festival dan barang-barang apa saja yang perlu dibawa.
Barang bawaan
Panduan berupa daftar barang bawaan juga dicantumkan di situs resmi Festival. Banyak juga situs-situs yang merekomendasikan barang-barang bawaan tambahan apa saja yang sebaiknya dibawa. Pada akhirnya, setiap orang harus menentukan barang bawaan sesuai kebutuhan dan keinginan pribadi masing-masing. Berikut daftar barang bawaan kami:
- Tiket Festival (tentunya!)
- Botol minum
- Tenda
- Kantong tidur
- Kacamata hitam
- Matras gulung
- Selimut
- Sepatu boots karet (disebut ‘Wellington boots’ atau ‘Wellies’)
- Kaos kaki panjang
- Kaos kaki termal
- Tisu toilet
- Baju hangat
- Jaket
- Sunblock
- Perlengkapan mandi: pasta gigi, sikat gigi, sampo dan sabun
- Handuk
- Baju
- Obat-obatan
- Senter dan/atau headlamp
- Kartu identitas
- Uang tunai (kami membawa £300 untuk 2 orang, masih tersisa banyak pada akhir Festival)
- Topi
- Kantong plastik sampah
- Kamera
- Jas hujan
- Payung
- Pispot (saya menggunakan botol susu bekas)
- Tisu basah
- Karet gelang
- Lakban (untuk perbaikan darurat)
- Multi-toolkit
- Kursi lipat
- Ponsel
- Notes dan alat tulis
- Cable wire
- Sandal
- Korek api
- Box wine
- Gelas plastik
- Coklat Mars
Salah satu penyesalan kami adalah tidak mempersiapkan dan membawa bendera yang unik. Glastonbury juga dikenal sebagai ‘Festival Bendera’, di mana para pengunjung mengibarkan bendera pada saat menonton konser. Biasanya bendera (atau panji-panji) yang berkibar bermacam-macam, mulai dari yang paling dasar berupa bendera negara sampai kreasi unik berupa kepala manekin yang ditancapkan di tiang. Kami sendiri sebenarnya ingin membawa bendera Slank karena ingin memberikan nuansa konser Indonesia (apapun konsernya, tetap Slank benderanya!). Namun, kami kesulitan memperoleh bendera Slank di London. Selain untuk seseruan, bendera juga bisa berfungsi sebagai penanda lokasi tenda dan mempermudah menemukan kelompok kita di kerumunan.
Hal terpenting yang perlu dicamkan: bawa barang seperlunya dan bawa kembali seluruh barang bawaan (kecuali sampah). Glastonbury selalu mengkampanyekan ‘Love the Farm. Leave no trace’. Festival ini menimbulkan dampak lingkungan hidup yang besar, terutama dari sampah yang ditinggalkan para pengunjung. Memang tidak mungkin untuk tidak menghasilkan sampah sama sekali, namun kita bisa meminimalisir jejak karbon kita. Banyak pengunjung Festival yang meninggalkan barang-barang bawaan yang masih bisa dipakai namun merepotkan untuk membawanya pulang (karena murah), misalnya tenda, matras udara, kursi lipat, kantong tidur dan lain-lain. Barang-barang yang masih dapat digunakan ini akan menambah jumlah sampah yang tidak perlu apabila ditinggalkan. Kalaupun memang sudah tidak membutuhkan barang tersebut, alangkah baiknya apabila dibawa kembali untuk disumbangkan sehingga bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Glastonbury menyumbangkan wellies yang tidak terpakai kepada pengungsi Suriah. Dengan demikian, sebaiknya wellies yang hendak dibuang dikumpulkan di tempat pengumpulan yang disiapkan panitia. Akan tetapi, Glastonbury tidak dapat menyumbangkan tenda-tenda yang tidak terpakai. Oleh karena itu, bawa pulang selalu tenda kalian! Kami membawa pulang tenda kami dan menyumbangkannya kepada pengungsi Calais melalui Lembaga Swadaya Masyarakat Calaid.

A salvaged Royal Ascot folding chair and milk jug for makeshift disposable urinal to give me that gypsy-bohemian feeling.
Jadwal acara
Sekali lagi, Glastonbury bukan sekedar festival musik. Ada banyak hal disajikan selain musik seperti sirkus, komedi, tarian dan seni panggung lainnya. Bahkan, Glastonbury juga menyediakan forum-forum diskusi tentang isu-isu sosial terkini. Sebagaimana telah kami tekankan sebelumnya: pengunjung tetap dapat menikmat festival meskipun tidak menonton konser headline di panggung-panggung utama.
Mengingat banyaknya penampilan yang disuguhkan, kami sarankan untuk melihat jadwal acara dan merencanakan penampilan mana saja yang hendak dinikmati. Situs resmi Festival menyediakan jadwal acara secara lengkap, hanya saja tidak dalam bentuk yang ringkas. Oleh karena itu, kami menggunakan situs pihak ketiga Clashfinder yang dapat menampilkan jadwal acara festival-festival (termasuk Glastonbury, tentunya) dalam bentuk spreadsheet. Spreadsheet tersebut mempermudah perencanaan karena memperlihatkan jadwal acara dalam bentuk tabulasi linimasa.
Salah satu prinsip terpenting dalam menghadiri Glastonbury adalah ‘membuka pikiran dan wawasan.’ Usahakan mencoba hal-hal baru selama Festival. Jangan hanya terpaku pada penampil yang sudah terkenal atau kita ketahui. Selain itu, lokasi Festival sangat luas. Kita memerlukan waktu untuk berjalan dari satu panggung ke yang lain. Kadang, saat menuju satu tempat, terdapat penampilan atau hal menarik (entah berupa band yang belum kita kenal, pendongeng, penyair, cosplayer, permainan masa kecil maupun tempat yang menarik untuk duduk diam bersantai). Amat sangat disayangkan apabila kita tidak berhenti dan mencoba melihatnya. Pada intinya, jangan terlalu kaku dan terlalu banyak berencana. Cukup rencanakan 2 atau 3 penampil yang ingin dilihat dalam sehari. Selalu luangkan waktu yang cukup untuk bereksplorasi dan bereksperimen.
Kami sendiri hanya mengejar headline Suede di John Peel Stage. Sisanya kami berkelana dan mengeksplorasi festival. Mengingat sulit untuk mendeskripsikan suatu pengalamanan yang memenuhi seluruh indra perasa dengan kata-kata, silahkan melihat video yang kami unggah di Youtube.

Suede, the Beautiful Ones.
Anggaran
Layaknya daftar barang bawaan, besarnya biaya yang diperlukan akan kembali ke selera dan kemampuan anggaran pribadi masing-masing. Pos-pos pengeluaran yang wajib disiapkan adalah tiket, transportasi, barang-barang bawaan, makan dan minum.
Pengeluaran kami yang terbesar adalah tiket (£550 (2 @ £225)). Kedua, transportasi (£104), ditambah denda karena lupa membawa railcard (£ 78.80). Ketiga, membeli barang-barang perlengkapan berkemah (sebagian besar dibeli secara online di Amazon). Terakhir, kami menjatahkan biaya makan dan minum sejumlah £60 sehari untuk berdua. Kami sendiri hanya belanja baju bekas di Oxfam Charity Shop (kami memperoleh 3 baju bagus beremerek seharga £16).[1]
Glastonbury memperbolehkan pengunjung membawa minuman beralkohol sendiri. Namun, kita tidak diperbolehkan membawa botol kaca. Hal ini dikarenakan pecahan beling yang tertinggal di tanah dapat dimakan oleh ternak (lokasi Festival adalah lahan peternakan dan pertanian). Kita dapat menghemat biaya minum secara signifikan dengan membawa minuman beralkohol yang tidak dalam botol kaca. Kami sendiri membawa box wine dan gelas plastik karena mudah dibawa (wine adalah minuman beralkohol pilihan kami). Alternatif lain adalah membeli cider dari petani lokal saat di tiba di Stasiun Castle Cary (dijual dalam kontainer plastik/jerry can). Somerset terkenal sebagai daerah penghasil cider di Inggris. Membawa minuman kalengan juga salah satu opsi, namun sulit mengangkutnya. Spirit dalam botol besi (hip flask) juga salah satu pilihan, namun kuantitasnya terbatas.
Transportasi
Situs Glastonbury memberikan berbagai informasi mengenai moda transportasi, mulai dari mobil, bus, kereta sampai sepeda. Moda transportasi yang paling disarankan adalah kereta dan sepeda, karena meninggalkan jejak karbon paling minim. Untuk para pengendara sepeda, terdapat forum yang mengkoordinir perjalanan bersama. Sedangkan, pengendara mobil disarankan untuk memberikan tumpangan sehingga dapat membagi biaya dan, sekali lagi, mengurangi jejak karbon. Panitia menyarankan situs Gocarshare.com sebagai forum untuk menawarkan dan mencari tumpangan.
Pada awalnya, kami bermaksud mencari tumpangan mobil karena paling murah. Namun, setiap kali menghubungi pengemudi yang menawarkan tumpangan, respon mereka sangat lambat. Kami khawatir sulit mengatur jadwal keberangkatan atau bahkan pengemudi tidak muncul di hari-H.
Pada akhirnya kami memutuskan menggunakan moda transportasi kereta. Keunggulan lain moda transportasi ini adalah terhindar dari kemacetan. Stasiun terdekat dari Festival adalah Castle Cary, di mana tersedia shuttle bus gratis menuju lokasi festival. Kami memesan tiket online dari situs First Great Western untuk mendapatkan harga terbaik. Kami juga menggunakan kartu diskon (railcard) Two Togerther sehingga harga tiketnya hampir sama dengan bus.
Tantangan menggunakan moda transportasi kereta adalah membawa seluruh perlengkapan dari apartemen kami di bilangan Bloomsbury. Dengan kata lain, kami harus berjalan kaki menuju stasiun Euston Square, menggunakan Tube (Underground) menuju Stasiun Paddington untuk naik kereta kemudian pindah ke shuttle bus dengan membawa beban yang cukup berat. Namun, karena kami terbiasa berolahraga rutin, hal tersebut bukan masalah.
‘Kendala’ pertama yang kami hadapi adalah lupa membawa kartu diskon Two Together! Akibatnya, pada saat inspeksi tiket saat tiba di Stasiun Castle Cary, kami diharuskan membeli tiket kembali dengan harga penuh £78.80 sebagai denda (mahal)! Kendala tersebut sungguh merusak mood. Kami terus berpikir uang tersebut bisa digunakan untuk membiayai makan dan minum selama 5 hari di Festival, seandainya kami tidak lupa membawa kartu diskon.
Saat mengendarai shuttle bus (berupa double decker tua yang dihias), kami tidak bisa mengikuti atmosfir ceria penumpang lain. Namun, kami sadar, layaknya setiap perjalanan (dan hidup pada umumnya), kadang kita kehilangan sesuatu. Apabila kami terus bermuram durja dan tidak menikmati Festival, niscaya kami semakin merugi. Untungnya, begitu melihat gerbang masuk Festival, mood kami langsung membaik.
Komunikasi
Kita hidup di abad 21di mana konektivitas internet adalah kebutuhan dasar. Glastonbury diadakan di salah satu negara paling maju di dunia, dengan demikian akses internet 4G dapat dipastikan tersedia.
Rekanan provider telekomunikasi Glastonbury adalah EE. Mereka menyediakan power bank bagi pelanggannya. Apabila power bank kehabisan daya, pelanggan EE dapat datang ke salah satu gerai EE dan menukar dengan power bank yang sudah terisi penuh (power bank swap). Pelanggan juga dapat mengisi daya secara konvensional di gerai tersebut, gratis (terdapat juga gerai-gerai yang menyediakan fasilitas pengisian daya berbayar yang cukup mahal).
Kami sendiri bukan pelanggan EE, sehingga tidak memperoleh ‘kemewahan’ berupa fasilitas power bank swap ataupun pengisian daya secara cuma-cuma dari EE. Namun, kami dapat bertahan hidup (dan menikmati Festival) tanpa kemewahan tersebut. Triknya: kami hanya menyalakan ponsel pintar pada saat berada dalam tenda (saat bangun pagi dan sebelum tidur). Di luar waktu tersebut, kami hanya menyalakan ponsel pintar saat keadaan darurat yang membutuhkan koneksi internet. Terbukti, baterai Samsung Galaxy Note II dan iPhone 4 dapat bertahan untuk 5 hari.
Saran kami, jangan terlalu mengandalkan fasilitas power swap ataupun pengisian daya. Antrian untuk menggunakan fasilitas tersebut selalu panjang. Lebih baik waktu antri digunakan untuk mengeksplorasi Festival. Tahanlah godaan memamerkan foto-foto dan video-video di media sosial untuk menunjukkan betapa beruntungnya anda dapat menghadiri Festival terbesar di dunia (paling tidak sampai kembali ke tenda). Gunakan kamera sungguhan, bukan kamera ponsel, untuk mengabadikan pengalaman tak terlupakan ini. Selain mengurangi konsumsi baterai ponsel, niscaya gambar yang diabadikan jauh lebih baik.
Kalau memang bepergian dalam grup lebih dari 2 orang dan perlu menggunakan perangkat komunikasi untuk janjian, gunakanlah ponsel 2G dengan fitur yang terbatas telepon dan SMS saja. Baterai ponsel 2G tersebut dapat bertahan berhari-hari meski terus menyala. Lebih baik lagi, beli dan gunakan walkie talkie murah untuk komunikasi lapangan. Tetapi ingat, Festival adalah waktu di mana kita bisa bertemu teman baru (bahkan calon jodoh) atau sekedar berinteraksi dengan orang asing tanpa perlu terlalu waspada. Jangan menutup diri dan terlalu terikat dengan kelompok.
Akomodasi
Sebagian besar pengunjung biasanya menginap di dalam lahan Festival. Teman kami ada yang memutuskan untuk pulang pergi setiap hari dari Exeter menggunakan kereta (dia menginap di hotel). Hal mana tidak disarankan karena 2 alasan yang sangat sederhana: waktu dan biaya. Bayangkan waktu dan biaya yang terbuang. Glastonbury Festival berlangsung 24 jam selama 5 hari. Kita sudah membayar tiket terusan yang cukup mahal. Sayang sekali kalau kita tidak memaksimalkan waktu yang ada. Belum lagi harga tiket kereta dari Castle Cary ke stasiun terdekat hotel. Harga tiket kereta api UK National Rail fluktuatif layaknya tiket pesawat. Saat tingkat permintaan naik, misalnya saat ada festival, niscaya perusahaan kereta akan menaikkan harga.
Pada dasarnya terdapat 3 pilihan akomodasi: perkemahan umum, perkemahan yang sudah disediakan panitia (Tipis dan Worthy View Camping) dan mobil karavan (campervan). Perkemahan umum tidak dikenakan biaya tambahan, pengunjung cukup membawa perlatan berkemah sendiri. Sedangkan, Tipis dan Worthy View Camping dikenakan biaya tambahan. Pengunjung yang membawa mobil karavan juga hanya dapat memarkir mobilnya di wilayah perkemaan campervan, yang dikenakan biaya tentunya. Kami sendiri memilih perkemahan umum karena paling ekonomis dan bernuansa akar rumput. Oleh karena itu, kami hanya akan membahas perkemahan umum.
Setelah melewati gerbang masuk, kami langsung menghampiri para panitia yang berada di depan peta. Mereka secara ramah mengarahkan pengunjung yang baru tiba ke situs-situs perkemahan yang tersedia dengan memberikan informasi kepadatan. Apabila mereka memberitahukan bahwa satu situs sudah penuh, jangan memaksakan berkemah di tempat tersebut. Kami sendiri memilih situs berkemah Pylon Ground karena cukup jauh dari panggung-panggung utama (sehingga tidak terlalu berisik), jauh dari sungai (mewaspadai banjir bandang apabila hujan), dekat namun tidak terlalu dekat dengan toilet kompos, dan mudah menemukan lokasinya (terdapat menara sutet sebagai penanda arah). Kelemahan lokasi ini adalah jauh dari pusat keriaan.
Berdasarkan pengamatan kami, pemilihan situs berkemah juga sesuai dengan preferensi menikmati Festival. Kami melihat banyak juga yang berkemah di depan Pyramid Stage. Kelebihan memilih situs ini adalah berada di pusat Festival. Namun, kami membayangkan akan sulit tidur dengan segala keramaian dan keributan yang tentunya terpusat di lokasi tersebut. Belum lagi, banyaknya orang yang lalu lalang membuat ladang rumput menjadi lahan berlumpur.
Di manapun situs perkemahan yang anda pilih, kami menyarankan agar tidak berkemah terlalu dekat dengan toilet, sumber air dan jalan utama. Alasan untuk tidak berkemah terlalu dekat dengan toilet tentu sangat jelas: menghindari aroma tidak sedap. Lokasi yang terlalu dekat dengan sumber air rawan banjir. Sedangkan, apabila kemah kita terlalu dekat dengan jalan utama, niscaya akan ramai dan ribut karena banyak orang lalu lalang. Selain itu, tanah rumput yang terlalu sering dilewati kerumunan akan menjadi ladang lumpur.

Bonfire music.
Sanitasi
Permasalahan utama kehidupan: toilet! Dengan ratusan ribu manusia tumplek blek di lokasi yang sama, permasalahan sanitasi tentu dapat menjadi mimpi buruk bagi semua orang. Namun jangan khawatir! Glastonbury Festival mempekerjakan ilmuwan lingkungan hidup untuk mengembangkan toilet kompos (compost toilet). Berbeda dengan portaloo (bilik toilet portabel plastik), toilet kompos tidak menggunakan air dan bahan kimia sehingga ramah lingkungan. Jamban ini hanya menggunakan serbuk kayu (sawdust) untuk menutup ekskremen kita. Jadi kurang lebih cara pakainya begini:
- Ambil serbuk kayu dengan menggunakan gelas kertas yang disediakan di tempat;
- Antri dengan sabar (terutama pada pagi hari saat semua orang perlu ‘setoran pagi’);
- Pastikan untuk membawa tisu toilet dan tisu basah;
- Disarankan jongkok saat buang air (meskipun memungkinkan untuk duduk). Selesai buang air, silahkan bersihkan diri menggunakan tisu toilet dan tisu basah. Khusus tisu basah, jangan dibuang ke dalam kloset karena kemungkinan tidak dapat terurai dan mengandung bahan kimia. Seluruh benda yang berada dalam kloset akan diolah menjadi pupuk kompos. Oleh karena itu, hanya masukkan benda-benda yang dapat terurai dan tidak mengandung bahan kimia.
- Tutupi kotoran dengan serbuk kayu (layaknya kucing atau anjing); dan
- Bersihkan tangan anda dengan hand-sanitiser yang disediakan di depan toilet.
Selain compost toilet, tersedia juga longdrop toilet. Prinsipnya hampir sama, menggunakan gravitasi sebagai pengganti air: lubang toilet dibuat cukup dalam sehingga ekskremen yang dikeluarkan tidak perlu disiram.

Long drop toilets.
Bagaimana dengan buang air kecil? Meskipun lokasi Glastonbury Festival adalah ladang hijau, pengunjung dilarang buang air kecil di rerumputan, semak-semak maupun sungai. Urin memang biodegradable, namun urin dari ratusan ribu peserta dapat menyebabkan tingkat keasaman yang terlalu tinggi pada tanah atau sungai. Oleh karena itu, selalu buang air kecil di toilet. Bagi pengunjung pria, biasanya selalu tersedia bilik urinal di dekat longdrop atau compost toilet.
Selain urinal biasa, terdapat juga Pee-power Urinal. Pada dasarnya urinal tersebut adalah pembangkit listrik tenaga kencing yang menggunakan teknologi microbial fuel cell, di mana bakteri dalam fuel cell mengkonsumsi urin dan menghasilkan listrik yang cukup untuk menyalakan lampu jalan. Pee-power Urinal ini dikembangkan oleh University of theWest England (UWE) dan cocok digunakan untuk penampungan pengungsi karena dapat mengatasi permasalahan sanitasi dan ketersediaan listrik secara sekaligus.[2]
Pengunjung wanita juga dapat mencoba menggunakan She-wee, suatu alat yang didesain agar wanita dapat buang air kecil berdiri.[3] Pasangan saya mencoba menggunakan ini dan gagal, seluruh celananya basah terkena urin sendiri sehingga harus mandi dan kembali ke tenda.
Kesehatan
Kami sendiri sehat dan bugar sepanjang festival selalu sehingga dapat sepenuhnya menikmatinya tanpa memerlukan bantuan medis apapun. Namun, apabila memerlukan bantuan medis, Glastonbury Festival memiliki staf medis profesional lengkap dengan ambulans. Pos-pos kesehatan juga menyediakan kondom gratis bagi pengunjung sebagai bagian dari promosi kampanye safe sex. Suasana festival dapat membuat kita berkenalan dengan orang baru dan memulai hubungan intim. Apabila demikian, selalu gunakan kondom demi kemaslahatan kita semua (mencegah penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan). Perlu diingat juga bahwa selama Festival kita akan sulit mandi maupun ke toilet. Kita ataupun pasangan kita bukan dalam kondisi terbersih dan terwangi. Dengan demikian, mungkin lebih baik menunda hubungan seks sampai bertemu kembali di lain waktu.
Keamanan
Glastonbury Festival memiliki tingkat kriminalitas yang sangat rendah. Namun, sebagaimana pesan Bang Napi: ‘Kejahatan bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku, tapi kejahatan juga bisa terjadi karena ada kesempatan! Waspadalah!
Waspadalah! Waspadalah!’ Kita tetap perlu waspada agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
Beberapa tips waspada:
- Hindari melewati jalan gelap sendirian (tentunya);
- Bawa barang berharga seperlunya. Apabila perlu menitipkan barang berharga, gunakan fasilitas Property Lock-up yang tersedia;
- Jangan gembok tenda karena hal tersebut memberikan sinyal bahwa terdapat barang berharga di dalamnya (tenda dapat dengan mudah dirobek dengan pisau meskipun digembok).;
- Bongkar seluruh isi tas dan sebar dalam tenda. Apabila ada pencuri yang mengambil kesempatan mengambil tas, paling tidak hanya tas yang hilang.
- Berkenalan dengan tetangga dan saling menjaga; dan
- Masukkan barang berharga dalam kantong tidur saat tidur.
Penutup
Pada hari terakhir kami di Festival, saat selesai membereskan tenda dan perlengkapan berkemah, kami merasa lega dan bahagia. Bukan karena tidak menikmati festival sehingga lega bisa pulang, melainkan karena berhasil kembali melampaui zona nyaman. Glastonbury memang suatu perwujudan idealisme liberal dan hedonisme, namun untuk dapat menikmatinya perlu pikiran terbuka, melepaskan kenyamanan rumah, dan tingkat kebugaran yang tinggi. Festival ini tidak bisa dinikmati hanya dengan modal uang saja.
Selain itu, Glastonbury juga memperluas wawasan kami dalam hal seni, budaya maupun teknologi dan kesadaran lingkungan hidup. Melalui Festival ini kami diajarkan bahwa kesenangan dan kepedulian terhadap isu-isu sosial dapat berjalan beriringan serta diwujudkan secara bersamaan. Sebagaimana setiap perjalanan yang kami jalani, kami kembali diingatkan bahwa terdapat banyak cara untuk menjalani kehidupan.
[1] Selama kuliah di London, penulis memenuhi kebutuhan akan baju di charity shop. Mereka menawarkan baju beremerek bekas dalam kondisi yang baik dengan harga murah. Selain bisa memenuhi kebutuhan untuk tampil bergaya, menggunakan baju bekas mengurangi sampah dan jejak karbon. Apabila dibandingkan dengan baju baru dari ritel murah, kualitas baju bekas dari charity shop jauh lebih superior (dengan harga yang sama).
[2] UWE, ‘UWE Bristol Showcases “Pee Power” at Glastonbury Festival’ (University of the West England, 24 June 2015) <https://info.uwe.ac.uk/news/UWENews/news.aspx?id=3120> diakses pada 21 September 2015. John Elmes, ‘Researchers Go Potty for Pee at Glastonbury’ (Times Higher Education, 27 June 2015) <https://www.timeshighereducation.com/news/researchers-go-potty-pee-glastonbury> diakses pada 21 September 2015.
[3] Shewee, ‘About Us’ (Shewee) <http://www.shewee.com/about-us/> diakses pada 21 September 2015.